CERITAKU
Eva Riyanty Lubis
Sebelum saklar ingatanku meredup
anai-anai bubus datang menyapa
kabut menghalangi kedua retina hitamku
Akan kuceritakan sebuah kisah
Tentang dunia yang terpahat di hati
Sibak matahari turut memicingkan mata
Aku tahu dia pun ingin mendengar
Jadi, Kawan, dunia telah terbelah
Menunjukkan lapisan demi lapisan menganga
Berlonggok-longgok hingga tiba saatnya ia memuntahkan lahar panas nan bau
Tak usahlah berikan senyuman penuh liku
Sudahlah, kita bersembunyi saja
Lalu tertawa sepuasnya
Bukankah sudah kukatakan kalau ini hanya sebahagian dari ceritaku?
Medan, Februari 2015.
CURAHAN HATI SI PECINTA
Eva Riyanty Lubis
Tubuhnya lebih dulu undur dari usia
Tak ada pendar di kedua bola matanya
Ia telah menjelma menjadi senyap
Namun, bibir tipis yang telah melalui berbagai macam babak
kehidupan itu memberi jawab bersama setetes air mata yang jatuh
“Masa lalu ketika aku menjadi mawar adalah nikmat dan sesal yang membelenggu.
Itu bukan takdir dari Tuhan. Tetapi akulah yang memutuskan untuk menulis takdirku sendiri.”
Medan, Februari 2015.
KEHIDUPAN
Eva Riyanty Lubis
Kehidupan adalah buku
Berisi lembaran-lembaran penuh warna
Terkadang ada sakit yang menggerogoti raga
Pun pada jiwa yakni pedih hingga hilang akal lalu berteman kegilaan
Ah, kehidupan tak pernah berubah nama
Namun, ia tetap terbiasa menghantui
Medan, Februari 2015
YANG TERHAPUS
Eva Riyanty Lubis
Kita yang dulu rela menghabiskan waktu duduk berdua
Di puncak bukit Simarsayang
Menyusun warna masa depan
Bersama anatomi dari A hingga Z
Namun, ketika aku berbalik dan terlambat sejenak menoleh padamu
Kau telah menghapus namaku, tak bersisa
Ternyata, begitu cepatnya cinta berpindah alamat
Lalu aku dan cintaku hangus terbakar
Medan, Februari 2015