Puisi – Ceritaku

Harian Analisa, 05 Agustus 2015

Harian Analisa, 05 Agustus 2015

CERITAKU

Eva Riyanty Lubis

Sebelum saklar ingatanku meredup

anai-anai bubus datang menyapa

kabut menghalangi kedua retina hitamku

Akan kuceritakan sebuah kisah

Tentang dunia yang terpahat di hati

Sibak matahari turut memicingkan mata

Aku tahu dia pun ingin mendengar

Jadi, Kawan, dunia telah terbelah

Menunjukkan lapisan demi lapisan menganga

Berlonggok-longgok hingga tiba saatnya ia memuntahkan lahar panas nan bau

Tak usahlah berikan senyuman penuh liku

Sudahlah, kita bersembunyi saja

Lalu tertawa sepuasnya

Bukankah sudah kukatakan kalau ini hanya sebahagian dari ceritaku?

Medan, Februari 2015.

 

CURAHAN HATI SI PECINTA

Eva Riyanty Lubis

Tubuhnya lebih dulu undur dari usia

Tak ada pendar di kedua bola matanya

Ia telah menjelma menjadi senyap

Namun, bibir tipis yang telah melalui berbagai macam babak

kehidupan itu memberi jawab bersama setetes air mata yang jatuh

“Masa lalu ketika aku menjadi mawar adalah nikmat dan sesal yang membelenggu.

Itu bukan takdir dari Tuhan. Tetapi akulah yang memutuskan untuk menulis takdirku sendiri.”

Medan, Februari 2015.

KEHIDUPAN

Eva Riyanty Lubis

Kehidupan adalah buku

Berisi lembaran-lembaran penuh warna

Terkadang ada sakit yang menggerogoti raga

Pun pada jiwa yakni pedih hingga hilang akal lalu berteman kegilaan

Ah, kehidupan tak pernah berubah nama

Namun, ia tetap terbiasa menghantui

Medan, Februari 2015

YANG TERHAPUS

Eva Riyanty Lubis

Kita yang dulu rela menghabiskan waktu duduk berdua

Di puncak bukit Simarsayang

Menyusun warna masa depan

Bersama anatomi dari A hingga Z

Namun, ketika aku berbalik dan terlambat sejenak menoleh padamu

Kau telah menghapus namaku, tak bersisa

Ternyata, begitu cepatnya cinta berpindah alamat

Lalu aku dan cintaku hangus terbakar

Medan, Februari 2015