DIA YANG BERHATI MULIA


DIA YANG BERHATI MULIA

Oleh: Eva Riyanty Lubis

            Kisah ini bukan kisahku. Melainkan kisah orang yang sangat dekat denganku. Dia adalah kakakku. Putri dari kakaknya ibuku. Namanya Erni Lubis.

Kak Erni, begitu dia kupanggil. Usianya 9 tahun di atasku. Merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Awalnya dia tinggal bersama kedua orang tuanya di Pinarik[1]. Namun, pas dia tamat SD, orang tuaku mengajaknya untuk ikut dan sekolah di kota kami saja, Padangsidimpuan. Soalnya kata ibuku, kak Erni anak yang cerdas, dia takut kalau di kampung kak Erni jadi tidak melanjutkan sekolahnya. Apalagi di kampung pada masa itu belum ada SMP. Harus pergi ke kampung sebelah baru ada SMPnya. Jadi kebanyakan anak gadis di sana setelah tamat SD hampir langsung memilih untuk menikah.

Dia setuju ikut dengan kami. Sebab dia juga serius untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

Hal pertama yang kurasakan setelah kehadiran Kak Erni di rumah adalah rasa cemburu. Sebab sudah pasti cinta dari kedua orang tuaku akan terbagi menjadi tiga. Ya, waktu itu anak orang tuaku masih dua. Yakni, aku dan adikku Ihsan. Dan aku juga merasa kesal karena dia berasal dari kampung. Karena aku malu kepada teman-teman yang menanyai tentangnya. Astagfirulloh….

Kak Erni memang luar biasa. Dia diterima di SMP dan SMA favorit di kota kami. Dia juga berhasil memenangkan berbagai macam lomba seperti lomba renang, dan lomba berpidato. Nilai akademiknya juga selalu tinggi. Aku semakin cemburu padanya.

“Ah, menang renang juga karena keseringan mandi di sungai waktu di kampung. Kalau aku dulu tinggal di kampung juga, pasti bisa renang.” Sindirku suatu kali padanya.

“Juara lomba pidatokan karena umak[2]yang ngarang. Coba kalau kakak ngarang sendiri, mana biasa juara?” sindirku juga suatu kali.

Tapi sesering apapun aku menyindirnya, dia tidak pernah marah sedikitpun kepadaku.

“Va, contoh kakakmu. Dia dari kampung tapi prestasinya sangat membanggakan. Orang yang tinggal di kota saja kalah. Kamu harus bisa seperti dia.” Ucap ibuku suatu kali. Aku hanya mendengus kesal. Paling tidak suka dibanding-bandingkan dengan Kak Erni.

Kalau ibu tidak ada di rumah, aku sering memarah-marahi dia. Mengatainya bodoh, jelek, bahkan aku ingat kalau aku juga pernah mengatainya sebagai pembantu.

Berbagai cara kulakukan agar dia tidak betah tinggal di rumah. Padahal sejujurnya dia tidak pernah berbuat salah pada keluarga kami. Malah sebaliknya. Dia sangat cekatan. Dia membantu ibu memasak, menyapu, menyuci, menimba air, pokoknya hampir seluruh pekerjaan rumah dia kerjakan. Padahal tugas-tugas sekolahnya banyak.

Dia selalu mengerjakan tugas pada jam 4 pagi. Ya, hanya disitulah dia bisa mengerjakan tugas-tugasnya. Sebab kalau malam tiba, aku selalu merecokinya dengan menyuruhnya mengerjakan peer-peerku.

Suatu hari karena lelah habis bermain di sekolah, pulang ke rumah jadi bawaanya emosi melulu. Karena yang ada di rumah hanya Kak Erni, maka dengan mudahnya semua kata-kata makian keluar dengan lancar dari mulutku untuknya. Dia tampak sedih dan kemudian lari masuk ke kamar. Sedang aku tersenyum puas.

*

Beberapa hari setelah kejadian itu, kak Erni pamit kepada kedua orang tuaku ingin ngekost. Katanya mau belajar mandiri dan tidak menyusahkan kami lagi. Orang tuaku tampak bersedih. Mereka berusaha membujuk kak Erni untuk tetap tinggal di rumah, tapi gadis berhati mulia itu tetap menolak dengan caranya yang halus.

Akhirnya orang tuaku menyerah. Dan ketika itu aku merasa sangat bahagia.

Perasaan itu tidak berlangsung lama, sebab setelah kusadari, aku benar-benar telah jahat kepadanya. Dan aku malu untuk mengakui itu. Bahkan aku tidak berusaha sedikitpun untuk meminta maaf kepadanya.

*

Tamat SMA dengan prestasi gemilang. Peringkat kedua dengan NEM tertinggi kala itu. Dan kemudian Kak Erni pindah ke Batam. Sebab di sana ada kakak pertamanya yang bekerja. Dan kudengar, dia juga ikut bekerja. Setahun bekerja, kemudian dia melanjutkan pendidikannya pada salah satu universitas terkemuka di kota itu.

Tak ada usaha yang sia-sia. Dan niat yang tulus akan membuatkan hasil yang gemilang. Kerja sambil kuliah merupakan pilihan yang lumayan sulit. Tapi Kak Erni mampu menjalani itu dengan baik. Bahkan dari jerih payahnya sendiri dia bisa membantu uak di kampung. Dan rumah mereka yang dulunya kecil kini sudah berubah menjadi besar berkat jerih payahnya.

Dia berhasil membuktikan kalau dia bisa. Dan dia tidak pernah melupakan asal usul dan saudara-saudaranya. Materi yang dia miliki tidak pernah dimakan sendiri. Selalu berbagi. Dan Allah membalasnya dengan meluluskannya dalam test penerimaan PNS Kejaksaan. Padahal dia tamatan Managemen Informatika Komputer lho, namun tidak ada yang tidak mungkin bukan?

Dan yang membuatku sedih sekaligus terharu, dia tidak pernah marah kepadaku. Malah dia rajin mengirimiku surat yang di dalamnya berisi kalimat-kalimat motivasi agar aku tidak pernah menyerah dalam menggapai cita-citaku. Dan dia juga selalu mengirimiku uang walau hanya sekedar untuk jajan. Ya Allah…. Aku benar-benar jahat karena telah pernah menyia-nyiakannya.

Dan kini aku ingin memperbaiki semua itu. Bukan hanya kepadanya. Namun kepada semua orang yang kukenal. “Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil (orang yang bepergian) dan hamba sahayamu (pembantu).” (QS. An-Nisa [4]: 36).

            “Sesungguhnya rahmat Allah Swt amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)

 

Padangsidimpuan, 19 Januari 2012. 14:40

Untuk kakakku tercinta @Erni Lubis semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

 Aku mencintaimu.


[1] Merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Batang Lubu Sutam, kabupaten Padang Lawas, provinsi Sumatera Utara,Indonesia.

[2] Ibu

12 thoughts on “DIA YANG BERHATI MULIA

  1. jadi terharu bacanya, ya kk juga minta maaf dan berterimakasih yg sebesar2nya bust keluarga eva khususnya alm,udak…kk jadi kangen niehhh ,,,,hik hik hik

Leave a reply to мυнαмαđ яoмđoиι Cancel reply