Dapat info dimuat dari Mbak Srikandi Darma Aloena
Radar Bojonegoro. Minggu, 08 November 2015.
JAM TANGAN IMPIAN
Eva Riyanty Lubis
“Ihsan mau jam tangan, Mak,” seru Ihsan memelas kepada Mak Minta, ibunya.
“Kita nggak punya uang, Sayang. Kamu yang sabar ya. Nanti kalau Mak ada uang, InsyaAllah Mak beli buat Ihsan,” jawab Mak Minta pelan sembari mengelus rambut anak semata wayangnya itu. Ada gurat kesedihan tampak di wajah paruh bayanya.
Sejak Pak Herman meninggal dunia setahun yang lalu, Mak Minta harus berusaha mati-matian untuk melanjutkan kehidupan mereka berdua. Pekerjaan apapun ia lakukan asalkan halal. Baik itu jadi pencuci baju, menjajakan dagangan tetangga, bahkan sesekali ia harus mencari sampah yang masih bisa dijual.
“Ihsan bantu Mak kerja aja ya,” sahut Ihsan yang membuat Mak Minta kaget.
“Nggak, Ihsan tetap harus sekolah. Harus jadi sarjana. Tamat SD aja belum, gimana mau bantu Mak?” tanya Mak Minta sambil tersenyum manis pada anaknya itu.
“Ihsan udah pintar, Mak. Kan selalu juara di kelas,” jawab Ihsan tak mau kalah.
Mak Minta mencubit pipi anaknya gemas. “Kamu kalau Mak bilangin ngejawab terus ya.”
“Mak….” Ihsan menggembungkan pipinya.
“Udah buruan sana ngerjain tugas.”
*
“Ya Allah…. Ihsan pengen banget punya jam tangan. Cuma itu ya Allah. Ihsan nggak minta yang mahal seperti teman-teman Ihsan. Mereka bahkan punya segalanya. Apa yang mereka minta selalu dikasih. Terus kenapa Ihsan yang hanya minta jam tangan nggak dikasih ya Allah? Allah nggak kasihan lihat Ihsan dan Mak? Jam dinding di rumah aja udah dari setahun yang lalu rusak,” Ihsan curhat kepada Allah setelah selesai menunaikan sholat Magrib.
Tanpa Ihsan tahu, Mak sebenarnya mendengar doa Ihsan pada Yang Maha Kuasa. Ada linangan air mata di wajah beliau. Antara sedih dan senang. Sedih karena tidak bisa memberikan apa yang anaknya mau. Senang karena memiliki putra yang tidak pernah rewel seperti kebanyakan anak-anak sebaya Ihsan di luar sana. Lalu Mak Minta pun berdoa dalam hati agar mendapatkan rezki lebih. Sungguh, beliau ingin sekali memberikan jam tangan, sesuai pinta putranya itu.
*
Saat ini Ihsan duduk di kelas empat SD. Dan pada semester pertama tahun ajaran ini, dia kembali berhasil mendapat peringkat pertama. Mak senang sekali. Air mata haru menetes di wajah beliau. Tak lupa mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Ihsan mendapat piala, piagam, dan buku dari sekolah. Memang setiap juara kelas selalu mendapat hadiah seperti itu. Setelah acara penyerahan raport selesai, Ihsan dan Mak Minta di suruh Bu Ratna, sang wali kelas untuk menghadap ke ruangan Ibu Kepala Sekolah. Ihsan dan Mak Minta heran. Namun mereka tetap melakukan apa yang dikatakan oleh wali kelas Ihsan tersebut.
“Selamat ya Ihsan. Kamu tetap berhasil mempertahankan juaramu sejak kelas satu,” ucap Bu Kepsek pada Ihsan.
“Alhamdulillah, Ibu. Makasih sekali,” balas Ihsan sopan.
“Bu, beruntung sekali mempunyai putra seperti Ihsan. Sudah pintar, baik, ramah, sopan santun pula,” ujar Bu Kepsek kepada Mak Minta.
“Ini anugrah luar biasa bagi saya, Bu. Ihsan satu-satunya yang saya miliki. Alhamdulillah Ihsan membuat hidup saya jauh lebih berharga,” jawab Mak Minta penuh kebanggaan.
“Ihsan harus berjuang menjadi anak yang membanggakan buat Maknya ya,” nasehat Bu Kepsek.
“InsyaAllah, Ibu.” Jawab Ihsan sungguh-sungguh.
“Saya menyuruh Ihsan dan Ibu ke ruangan saya karena saya hendak memberikan sesuatu buat Ihsan,” Bu Kepsek pun mengambil kantongan hitam dari salah satu laci mejanya.
Ihsan dan Mak penasaran. Dan rasa penasaran mereka berubah menjadi tangis bahagia setelah Bu Kepsek menyodorkan plastik hitam itu.
“Bu, saya sampai tidak tahu harus bilang apa. Sekolah ini sudah sangat baik sekali kepada keluarga kami,” tukas Mak dengan linangan air mata.
“Ibu dan Ihsan memang pantas mendapatkan ini. Diterima ya, Bu. Ini dari saya pribadi. Saya senang mempunyai murid seperti Ihsan makanya saya memberikan sedikit hadiah ini kepada Mak dan Ihsan.”
Mak dan Ihsan berpandangan. Pancaran kebahagiaan masih bersarang di sana.
*
Ternyata isi kantongan itu adalah satu stel baju sekolah merah putih, satu stel baju bermain, sepasang sepatu sekolah, dan sebuah jam tangan keren berwarna hitam yang modelnya sedang ngetrend dikalangan anak sekolah saat sekarang ini.
Ihsan dan Mak bahagia tiada terkira dan terus-menerus mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.
“Mak, jam tangan impian Ihsan,” ujar Ihsan senang sembari menatap jam yang sudah menempel indah di pergelangan tangan kirinya.
“Allah sayang sama Ihsan. Makanya Ihsan dikasih hadiah. Yang penting Ihsan harus selalu bersabar dan yakin semua akan indah pada waktuNya,” jelas Mak pada putranya.
Ihsan menganggukkan kepala dibarengi dengan senyuman lebar miliknya.