Ade Radinal, Punya Alasan Tekuni Mural

Oleh : Diurnarii Publisher / Zakiyah Rizki Sihombing

Seni melukis dengan media dinding atau biasa disebut dengan mural merupakan hal baru di kota Medan. Begitupun penggiatnya masih terlihat minim. Salah satunya ialah Ade Radinal Siregar, seorang pria berusia 22 tahun yang semenjak 2011 lalu menekuni hobinya yang satu ini. Kelihaian bermain dengan cat dan kuas sudah tidak diragukan lagi terbukti banyaknya tawaran yang datang ingin memakai jasanya.

D

“Aku hobi banget ngemural, karena selain bisa berimajinasi lebih luas aku juga dapat uang saku dari mural,” jawabnya ketika ditanya mengenai kesukaannya pada mural.

Dari hobi memural ia bisa mendapatkan ratusan ribu hingga jutaan rupiah dalam sekali kerja, meskipun memakan waktu yang banyak tetapi Ia selalu mengerjakannya dengan sebaik mungkin sehingga setelah memural akan timbullah kepuasan di dalam dirinya. Pria berdarah Batak-Mandailing ini juga menyatakan bahwa mural baginya merupakan hobi yang dibayar.

Di tengah polemik grafity yang dipandang negatif, mural hadir sebagai seni baru yang bernilai positif karena dianggap aksi street art yang lebih terarah. Tak hanya mural, Ade juga lihai dalam sketching, drawing, ilustrasi dan digital art . Namun Penggunaan media yang baik adalah alasan mengapa hingga sekarang Ade masih teteap memilih untuk bergelut dengan mural.

K

Pria yang juga bercita-cita menjadi seorang Ustadz ini mengaku tengah gencar mempersiapkan tugas akhir studinya di D3 Metrologi FMIPA Universitas Sumatera Utara, meskipun begitu Ia tak menolak tawaran yang datang. Seperti baru-baru ini Ia baru saja menyelesaikan mural di beberapa tempat nongkrong kota Medan seperti Siantar Square, Warung Menolak Lupa, Kedai Boogie dan lain sebagainya.

Mural yang merupakan satu visual utuh dengan persiapan design yang matang membutuhkan imajinasi yang tinggi, sehingga sebagai penggiat seni mural, Ia sangat mengidolakan tokoh Oky Reymonta dan Aaron Horkey sebab karya seni yang mereka ciptakan berperan penting dalam menginsipirasi karyanya.

Semenjak awal Ade sudah sadar betul bahwa Ia sangat menyukai mural. Tetapi panjang cerita, rezekinya untuk menekuni itu di perkuliahan sirna. Hingga suatu ketika Ia menemukan komunitas penggiat mural di Medan, beberapa teman dekat mengajaknya turut andil dalam event mural seperti Event Delux-2013, Aphoria-8 Januari 2014, Fashion for Fashion-Mei 2014, Acem-Oktober 2014. Tak hanya itu, Ade juga beberapa kali mengikuti penampilan seni seperti ; Pemuda Metropolis (2013), Parkiran Seni (April 2014), Panggung Rakyat (Maret 2015) dan Kreatif 2015.

A

“Semenjak saat itu, saya jadi lebih konsen menekuni mural,” katanya mengenang

Bagi yang ingin mengenalnya lebih dekat dapat menghubunginya via Instagram @Punkability dan Facebook Ade Radinal Siregar.

Dengan Berkarya, Dunia Tahu Siapa Kamu

Harian Analisa. Minggu, 24 Mei 2015

Harian Analisa. Minggu, 24 Mei 2015

Bisa dibilang tahun 2013 adalah tahunnya perempuan cantik bernama lengkap Mita Juniar Wulansari ini, namun lebih dikenal dengan sebutan Mitha Juniar. Mengapa? Tentu saja karena banyaknya novelnya yang terbit. Meski begitu, hingga sekarang, dia masih dan akan terus melanjutkan tulisannya. Ketika saya bertanya sejak kapan dia memutuskan untuk menulis, dengan penuh senyuman dia menjawab, “sejak duduk di bangku TK. Sedangkan mulai fokus menulis cerpen dan novel pada tahun 2012.”

Ketika dia mengatakan kalau dia mulai fokus menulis cerpen dan novel pada tahun 2012, di tahun itu pulalah novel pertamanya keluar. Sungguh hal yang luar biasa. Sebab kita ketahui sendiri, ada banyak orang di luar sana yang sudah mencoba menulis novel atau cerpen, bisa berbulan bahkan bertahun-tahun lamanya, belum tentu juga naskanya diterima oleh penerbit mayor.

Perempuan cantik berlesung pipi yang lahir di Bekasi, 22 Juni 1992 ini mengatakan sejak terjun di dunia kepenulisan dia juga mendapatkan suka dan duka. Sukanya ketika dia menerima komen positif atas naskah-naskah yang dia tulis. Sangat bahagia ketika banyak orang yang terinspirasi dari novelnya. Dukanya hanya ketika naskahnya belum dapat jodoh penerbit. Hihi…. Kalau duka yang demikian pasti dialami oleh semua penulis. Tanpa penolakan, penulis tidak akan bisa berkarya lebih bagus.

Ketika ditanya sudah berapa novel yang ditulis Mitha, dengan cepat dia menjawab, “Sebelas. Hanya saja yang bisa didapatkan di toko buku baru sembilan novel.”

Adapaun novel karya Mitha antara lain: Cinta Dalam Butiran Debu (Zettu: 2012), Karena Aku Cinta (Zettu: 2013), The Heart (PING Diva Press: 2013), Di atas Waktu Aku Menemukanmu (Zettu: 2013), Cinta Tak Kan Salah (Rumah Orange: 2013), Sebenarnya Tuhan Sangat Sayang (Rumah Orange: 2013), Kala Cinta Menyapa (Rumah Orange: 2013), Love Ago (Grasindo: 2014), dan Honesty (Grasindo: 2014).

Selain menulis, penulis yang sangat menggemari karya Clara Ng ini juga kuliah sambil bekerja. Saat ini Mitha duduk di bangku Universitas Indraprasta PGRI jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Dan bekerja sebagai karyawan di PT. Gerbang Teknologi Nusantara. Jadi ketika ditanya bagaimana cara dia membagi waktu agar semua aktivitasnya berjalan sempurna, dia pun menjawab, “Menulis, tak pernah sedikit pun mengurangi jatah waktu kerja, kuliah dan beribadah. Karena menulis bisa aku lakukan di mana saja. Saat nunggu bus, saat istirahat, atau malah saat tugas kerjaku telah selesai semua.”

Lalu ketika saya tanya siapa orang yang berhasil menginspirasi Mitha untuk menjadi penulis, dia pun menjawab, “Mamaku.” Dia bilang, sebenarnya sejak kecil mamanya bercita-cita ingin menjadi penulis. Sayangnya cita-cita itu tidak tercapai. Dan tanpa direncakanan, Mitha lah yang meneruskan cita-cita mamanya.

Penulis yang memiliki impian untuk bisa keliling dunia karena tulisannya ini juga memiliki prestasi lain di luar bidang kepenulisan. Yakni menjadi penyiar radio. Meski masih radio komunitas, dia sangat senang dan bangga sekali. Baginya itu sebuah pencapaian prestasi. Sebab sejak kecil dia sudah ingin menjadi penyiar radio dan pemain drama. Katanya, jangan pernah takut untuk bermimpi. Dia juga tetap berharap dan berdoa kelak dia bisa menjadi pemain drama, seperti impiannya.

Menurut Mitha, apa sih kunci sukses agar berhasil menjadi penulis? Dengan penuh keyakinan, dia menjawab, “Rajin membaca dan teruslah menulis.”

Tidak ada halangan dalam mencapai impian dalam menulis. Jika kita benar-benar berniat dan fokus. Faktanya, Mitha berhasil membuktikan kalau dia tetap bisa menulis meski dengan banyaknya kegiatan yang dia lakukan.

Pesan Mitha bagi teman-teman, teruslah berkarya. Sebab berkarya menjadikan kamu menjadi sesuatu. Dengan berkarya, dunia bisa tahu siapa kamu. Nah, tunggu apa lagi? Yuk berkarya!

Februari 2015.

Salsa, Calon Penulis Besar dari Sumut

Eva Riyanty Lubis

Penulis Sumatera Utara kian mengepakkan sayapnya dalam dunia kepenulisan tingkat Nasional. Seperti gadis belia bernama lengkap Salsa Putri Sadzwana Sihombing, namun lebih sering dipanggil dengan sebutan Salput yang lahir di Medan, 05 Agustus 2000 ini.

            Salsa mengakui kalau dia mulai tertarik menulis sejak duduk di bangku SD. Mula-mula hal itu terjadi karena adanya tugas mengarang dari guru. Kemudian dia semakin rajin menulis di diary, lalu cerpen, hingga akhirnya dia pun berhasil menuliskan novel.

            Menurut gadis belia yang duduk di SMP Negeri 1 Medan kelas IX Archimedes ini, dia tidak akan bisa seperti sekarang kalau tidak melalui proses yang cukup panjang. Salah satu hal yang membuat semangatnya dalam menulis kian terpacu adalah ketika cerpen pertamanya dimuat di koran Media Indonesia, setelah itu dia malah mendapat penghargaan dari Panitia Penerbit Buku Anak Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (PPBA-KNI-UNESCO).

            Lalu Salput mulai menulis novel. Namun, dia pernah merasa frustrasi sebab novelnya tidak pernah bisa dia selesaikan. Hingga akhirnya dia vakum menulis kurang lebih satu tahun. Salput juga pernah dihadapi dengan rusaknya laptop karena tersambar petir, hilangnya kunci diary padahal di dalamnya ada bahan-bahan untuk menulis novel horor, belum lagi flashdisknya yang rusak karena lupa diambil di dalam rok sehingga benda kecil itu pun tercuci. Padahal flashdisk delapan giga itu berisi naskah-naskah Salput.

            Cobaan-cobaan yang datang menghampiri Salput dia yakini sebagai cambuk untuk menulis lebih semangat lagi. Karena dia sendiri mengakui bahwa menulis adalah jiwanya. Menulis membuat gadis berkaca mata ini semakin bahagia. Sebab dia bisa menuangkan apa yang ada di dalam pikirannya. Dengan menulis pula dia merasa lebih dewasa. Berpikir lebih kritis untuk memecahkan persoalan hidup.

            Adapun karya Salput yang sudah bisa kita nikmati dan dapatkan di toko buku terdekat adalah KKPK JuiceMe Tersandung Hobiku (Dar! Mizan: 2013), PCPK My Spooky Moment (Nourabooks: 2013), PCPK Pesulap Misterius (Nourabooks: 2014), Komik Fantasteen 14: Red Midnight Vampire (Muffin Graphics: 2014), dan Spooky Stories Revenge (Nourabooks: 2015). Hebatnya lagi, kalau tidak ada rintangan, bulan Maret nanti Salput juga akan “melahirkan” novel terbarunya.

            Penulis yang sangat menggilai karya Sir Arthur Conan Doyle, Roald Dahl, CS Lewis, JK Rowling, AA Milne, Andrea Hirata, Hanum Rais, dan A. Fuadi ini juga pernah mendapat penghargaan. Antara lain: juara 2 Cerdas Cermat se-Sumatera Utara, TOP 50 CHC 2012, serta juara Harapan 3 Lomba Menulis Cerita Liburan. Benar-benar amazing!

Harian Analisa. Minggu, 03 Mei 2015

Harian Analisa. Minggu, 03 Mei 2015

            Lalu, siapakah orang yang menginspirasi Salput hingga bisa menjadi penulis seperti sekarang ini?

            “Mama,” jawabnya langsung. Dikatakan kalau dulu mamanyalah yang bercita-cita menjadi penulis. Namun, mama belum bisa menggapai impiannya. Hingga akhirnya Salputlah yang bercita-cita untuk meneruskan impian mama. Sungguh anak yang berbakti. Di samping itu Salput memang sudah jatuh cinta pada dunia kepenulisan ini. Makin komplit deh!

            Salput meyakini kalau ingin meraih sesuatu, maka harus berani berjuang sekeras mungkin. Hadapi segala rintangan dan tantangan yang ada. Jangan pikirkan dulu bagaimana hasilnya. Yang pasti berusahalah sembari terus berdoa kepada Sang Pencipta. Man jadda wa jadda.

            Sebenarnya bagaimana Salput membagi waktu antara sekolah dan menulis? Apalagi sekarang dia duduk di kelas IX. Tak lama lagi akan dihadapi dengan UN, lalu persiapan untuk masuk SMA.

SALSA PUTRI

            “Awalnya memang susah, Kak. Namun lama kelamaan akhirnya bisa beradaptasi dengan sendirinya. Belajar dan deadline diperketat.”

            Omong-omong mengenai impian, Salput mempunyai impian besar lho. Yakni ingin kuliah di jurusan film di Columbia University. Dia juga bercita-cita untuk menjadi seorang sutradara sekaligus penulis yang mempunyai karya-karya gemilang. Kemudian dia juga ingin sekali membangung publishing serta production house. Luar biasa! Semoga impian Salput tercapai. Aminnn….

            Nah, Salput berpesan kepada teman-teman. Katanya enggak butuh bakat turunan untuk menghasilkan karya. Namun miliki saja tekat dan keyakinan yang kuat. Jangan lupa pula untuk action. Sebab semua orang dilahirkan pasti dapat berkarya. Jadilah remaja berkualitas yang senantiasa melakukan hal-hal positif. Dan lebih bagus, hadirnya karya kita bisa memberikan kebahagiaan dan manfaat bagi orang banyak, khususnya orang sekitar kita. Salput yang masih sangat muda saja bisa melakukan ini. Masa kita enggak? Malu, dong! Makanya, yuk berkarya!

Februari 2015.

Winny Khodijah, Percaya pada Kemampuan

Harian Analisa Medan. Minggu, 12 April 2015

Harian Analisa Medan. Minggu, 12 April 2015

Winny Khodijah, yang sering disapa dengan sebutan Winny ini adalah salah satu murid MTSN Model 1 Padangsidimpuan. Saat ini dia duduk di bangku kelas delapan unggulan dua. Winny termasuk salah satu murid populer di sekolahnya karena prestasi yang berhasil dia raih dari berbagai bidang. Kalau ada acara-acara besar yang dilaksanakan oleh sekolah, bisa dipastikan Winny selalu ambil bagian. Misalnya sebagai pembaca puisi, pidato, atau ayat Al-Qur’an.

            Gadis belia kelahiran Padangsidimpuan, 01 Mei 2001 ini merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Memiliki kakak, abang, dan juga adik. Sayangnya, sejak empat tahun yang lalu, sosok ayah yang sangat dia cintai telah berpulang ke hadapan Yang Maha Kuasa. Meski begitu, dia tidak akan putus asa untuk menjadi sosok anak yang membanggakan. Apalagi ibunya tak pernah lelah untuk memberi motivasi.

            Sejak duduk di bangku SD, Winny sudah aktif mengikuti berbagai macam perlombaan. Mulai dari lomba dibidang akademik ataupun seni. Berkali-kali dia menjuari lomba baca puisi, pidato, dance dan fashion show.

            Rasa percaya dirinya semakin meninggi kala dia duduk di bangku tsanawiyah. Dia tidak segan ataupun malu untuk mempelajari sesuatu yang dia inginkan. Hingga saat ini, Winny sudah menulis empat novel yang diterbitkan oleh Zettu, salah satu penerbit yang ada di Jakarta. Novelnya itu antara lain: Akulah Sang Juara, Petualangan Mimi, Bawang Merah dan Bawang Putih, serta Princess Aurora. Kesemuanya itu terbit pada tahun 2014.

            “Siapasih yang ngajarin Winny menulis?” tanya saya waktu itu. Dengan senyum semringah di wajahnya yang dihiasi banyak jerawat itu dia pun menjawab, “Kakakku.”

            Tidak sampai disitu. Winny juga mengikuti berbagai macam perlombaan kepenulisan. Di awal Januari 2014, Winny berhasil menjadi juara harapan 1 dalam lomba menulis surat untuk ibu, yang diadakan oleh Pos Indonesia Sumut dan Aceh. Lomba ini sendiri diikuti kurang lebih 5000 pelajar.

            September 2014 lalu, Winny juga berhasil menjadi salah satu perwakilan Sumatera Utara dalam perlombaan Letter Writing Competition 2014 oleh Pos Indonesia dan Koran Republika. Bersama 29 peserta terpilih lainnya se-Indonesia, Winny diterbangkan ke Belitung. Di sana, Winny dan kawan-kawannya mendapat pelatihan menulis dari beberapa pakar terkemuka di Indonesia seperti Andrea Hirata, Tere Liye, dll.

            “Sangat menyenangkan dan merupakan salah satu kenangan yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidupku, Kak. Bisa kenalan dengan teman-teman baru dari berbagai kota di Indonesia, jumpa penulis kesukaanku Tere Liye, menikmati keindahan Belitung, dan aku bisa naik pesawat secara gratis. Soalnya aku kan belum pernah naik pesawat. Belum lagi nginapnya di hotel berbintang. Pokoknya seruuu!” jawabnya bersemangat ketika ditanya bagaimana perasaannya bisa menjadi salah satu peserta terpilih Letter Writing Competition 2014.

            Selain menyukai dunia kepenulisan, Winny juga tetap aktif mengikuti perlombaan dance dan dibidang olahraga, khususnya lari. Beberapa bulan yang lalu, dia juga mendapatkan juara pertama dalam ajang lomba lari di sekolahnya. Begitu juga dengan tim dancenya yang meraih juara dua di Padangsidimpuan.

            “Sebenarnya, cita-cita Winny apa?” tanya saya yang penasaran karena begitu banyaknya bakat yang dia miliki.

            “Dulu pengen jadi artis, Kak. Tapi sekarang pengennya jadi pramugari, biar bisa keliling dunia. Oh ya Kak, Winny juga berharap kalau udah tamat SMA nanti, bisa kuliah di luar negeri. Winny ingin buktikan meski Winny tinggal di kota kecil, tetapi Winny juga tetap bisa berprestasi!” sahutnya mantap.

            Bagi Winny, asal ada kemauan, semua pasti bisa diraih. Soal bakat bukanlah nomor satu. Sebab bakat tanpa diasah sama saja dengan omong kosong.

            Sampai saat ini, Winny masih melakukan aktifitas biasanya. Sekolah dari pagi hingga sore. Malam hari belajar sambil membantu ibu yang membuka warung di rumah. Ketika libur tiba, seperti gadis remaja seusianya, dia juga asyik bermain bersama teman-temannya.

*

            Winny sudah membuktikan kalau dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan asal ada kemauan, usaha, kerja keras, serta doa. Kalau remaja 13 tahun ini bisa, kenapa kita tidak? Yuk berprestasi!

Januari 2015.

Sherina Salsabila, SELALU BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK

 

Eva Riyanty Lubis

Siapa yang tidak kenal dengan Sherina Salsabila? Penulis belia yang namanya kini tengah “mengaum” di Indonesia, khususnya Jakarta. “Ah, Kakak berlebihan,” jawabnya malu-malu saat saya ungkapkan kekaguman padanya. Ya, saya sendiri merasa malu karena belum bisa menulis seproduktif Sherin, begitu dia sering disapa.

Sherina Salsabila lahir di Padang, 29 Oktober 2000 adalah anak pertama dari pasangan Helena dan Abdiansyah. Ia memiliki dua orang adik perempuan yang juga merupakan Penulis Cilik Indonesia bernama Queen Aura dan Princeyla Aughea. Masih SD namun mereka sangat berprestasi. Luar biasa sekali, bukan?

Nama Sherin mulai dikenal publik tatkala dia menjadi Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Nasional Tingkat SD CHC Tupperware, 2010. Gadis berlesung pipi ini sendiri mulai tertarik menulis sejak usia 8 tahun, dan serius untuk berkarya dimulai pada kelas 4 SD yakni dalam usia 9 tahun. Namun sejak karyanya menjadi pemenang di tahun 2010, dia pun bertekat untuk terus menulis dengan lebih giat.

“Dalam menulis, penghargaan apa saja yang sudah Sherin dapatkan?”

“Hmmm…. Masih sedikit, Kak. Juara 3 Lomba Menulis Cerpen Nasional Tingkat SD CHC Tupperware 2010. Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Nasional LMC 2012 Kemendikbud. Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Nasional CHC Tupperware 2012. Dan juara Harapan 1 FLS2N 2013,” akunya yang membuat saya mengacungkan jempol.

“Bagaimana dengan buku. Sudah berapa buku yang berhasil Sherin tulis?”

Dengan mata berbinar, gadis belia ini pun menjawab, “Untuk Antologi ada: Aku, Daun dan Sahabatku (Erlangga For Kids, 2011), 7 Pohon 7 Impian (Mizan, 2013), LMC 2012 dalam Pelangi Untuk Jingga (Kemendikbud, 2013), Rindu Ayah (Kolaborasi 24 penulis TOP Zettu), dan Rindu Ibu(Kolaborasi 24 penulis TOP Zettu). Untuk buku solo sendiri ada Petualangan Hati Jelajahi Pelangi (PACI, Zettu), My Best Friend Forever (PACI, Zettu), Mami Kepo (PACI, Zettu), Big Brother (PACI, Zettu), My Diary(PACI, Zettu), Rumah Baca(PACI, Zettu), Love You Dad(PACI, Zettu), Cita-Cita Langit (PACI, Zettu), Berlibur ke Rumah Nenek (PACI, Zettu), Kakek Penjaga Palang Kereta (PACI, Zettu), Cinderella & Snowwhite (PACI, Zettu), Legenda Ular putih (PACI, Zettu), Lexa (PACI, Zettu) dan masih banyak lainnya yang masih dalam proses terbit. Doakan proses terbitnya lancar ya, Kak,” tukasnya malu-malu.

Sudah pasti saya mengaminkannya. Indonesia harus bangga karena memiliki Sherina Salsabila. Gadis belia dengan segudang prestasi. Yaps, masa remaja memang seharusnya diisi dengan banyak prestasi. Bukan menghabiskan waktu dengan bermain-main tidak jelas. Jadi adek-adek yang lain harus berprestasi juga. Jangan mau kalah dengan Sherin!

Karena tekatnya yang kuat dan sungguh-sungguh dalam menulis, kedua orang tua, adik, beserta sahabat-sahabatnya pun mendukung Sherin agar terus mengembangkan bakatnya itu. Tentu saja dukungan itu sangat berarti bagi Sherin. Karena orang-orang yang dia sayangi itulah makanya dia bisa tetap berprestasi sampai sekarang.

Meski disibukkan dengan sekolah dan menulis, pengagum Dee, Helvy T.Rosa, JK.Rowling, Lauren Oliver, Lucy.M.Montgomery ini juga mempunyai aktivitas lain. Seperti mendesain baju, jilbab, melukis, crafty (membuat gelang), fotografi dan sekarang dia lagi senang-senangnya jurnalistik. Kabar terbaru, Sherin tergabung dalam majalah Soca lho! Hebat sekali!

Oh ya, sewaktu Sherin duduk di kelas VIII, dia berhasil mendapatkan jabatan OSIS di sekolahnya SMPN 180 Jakarta Timur. Melakukan kampanye di depan banyak siswa dan guru menjadi tantangan baru baginya. Dan sekarang setelah menjadi ketua OSIS, dia belajar banyak tentang bagaimana menjadi seorang leader.

Sherin yang bercita-cita menjadi Duta Besar yang berkantor di Eropa dan bisa mengunjungi Berlin ini mengaku meski dia disibukkan dengan berbagai macam aktivitas, dia tetap tidak akan lupa dengan sekolahnya. Sebab sekolah adalah yang paling utama baginya. Dan baginya, setiap remaja haruslah sibuk berprestasi. Selalu berusaha menjadi yang terbaik. Bahkan lebih bagus lagi kehadiran kita di muka bumi bermanfaat bagi orang sekitar.

Sungguh gadis remaja yang sangat luar biasa! Kalau Sherin berhasil menggapai impiannya satu demi satu, mengapa kita tidak?

Januari 2015, Harian Analisa Medan.